565 × 318 - hollywoodreporter.com

Sabtu, 30 Maret 2013

Pesawat CN235-200 Buatan PT DI Anti Peluru


Jakarta - PT Dirgantara Indonesia (PT DI) membuat pesawat khusus VIP untuk Perdana Menteri Malaysia, Korea Selatan dan Pakistan berkapasitas 10 orang. Pesawat CN235-200 dirancang anti peluru demi pertimbangan keamanan pemimpin negara.

"Pesawat yang kami buat khusus untuk VIP dari CN235-200 merupakan pesawat anti peluru," kata Vice President Corporate Communication PT DI, Sonni Soleh Ibrahim ketika ditemui disela pameran pesawat 12th Langkawi International Maritime & Exhibition 2013 (LIMA '13), Malaysia, Selasa (26/3/2013).

Dengan teknologi ini, maka para penumpang pesawat terjaga dari serangan senjati api. "Anti senjata api, kalau ada yang tembak dari luar, peluru tidak akan mengenai para penumpang di dalamnya," ucap Sonni.

Mengapa Presiden Indonesia tidak pakai pesawat CN 235-200?

"Ya saya tidak tahu. Tapi bisa dilihat saja kalau Presiden ke luar kota bawa berapa orang? Sementara pesawat ini cuma muat 10 penumpang, ya alasannya sih katanya seperti itu," tandas Sonni.

Berkat Proyek Pesawat N250 Ciptaan Habibie, RI Punya Banyak Ahli Dirgantara


Foto: Feby-detikFinance
Langkawi - Tidak dapat dipungkiri proyek pembuatan pesawat N250 yang dipimpin BJ Habibie banyak menciptakan para ahli-ahli pembuat pesawat nasional. Namun sebagian dari ahli-ahli tersebut saat ini bekerja di perusahaan milik asing.

"Proyek N250 itu sisi positifnya banyak menciptakan para ahli-ahli pembuat pesawat nasional," kata Vice President Sales & Marketing PT Dirgantara Indonesia Arie Wibowo kepada detikFinance di 12th Langkawi International Maritime & Exhibition 2013 (LIMA '13), Malaysia, Selasa (26/3/2013).

Kata Arie, apalagi proyek tersebut juga mendapat dukungan penuh negara, terutama dari sisi pendanaan. Karena itu banyak tercipta banyak ahli pesawat di dalam negeri. Ari menjadi salah satu ahli pesawat yang lahir dari proyek pesawat tersebut. "Makanya saya bangga dengan N250," katanya.

Namun karena proyek tersebut dihentikan, ahli-ahli pesawat terbang dari Industri Pesawat Terbang Nusantara (IPTN) saat ini terpencar di berbagai negara. Ada yang bekerja di Airbus, Boeing, ATR, Eurocopter, dan banyak lagi.

"Termasuk saya sendiri, dulu saya setelah IPTN tidak ada kepastian saya kerja di perusahaan pesawat asing di luar negeri banyak yang pindah, tapi banyak pula yang masih setia di PT DI. Dan ketika dipanggil kembali saya bersedia pulang, dan masih banyak ahli-ahli pesawat terbang kita di luar sana akan bersedia jika dipanggil kembali dan membangun industri pesawat terbang Indonesia menjadi jauh lebih besar lagi," tandasnya.

Kalau N250 Buatan Habibie Berhasil, Tak Akan Ada ATR 72 Buatan Prancis


Langkawi - Pesawat N250 ciptaan BJ Habibie merupakan pesawat yang diyakini bakal laris manis di industri penerbangan. Namun proyek tersebut dihentikan saat krisis 1998. Kalau pesawat ini berhasil terbang, maka tidak akan ada 1.500 unit pesawat ATR di dunia ini.

"Kalau saja N250 itu berhasil terbang, artinya seluruh sertifikasi sudah dipenuhi. Pesawat ini akan laris manis di dunia penerbangan, industri penerbangan kita akan jauh lebih besar lagi," ucap Vice President PT Dirgantara Indonesia (PT DI) Irzal Rinaldi Zailani kepadadetikFinance di The 12th Langkawi International Maritime & Aerospace & Exhibition, Malaysia, Rabu (27/3/2013).

Saat N250 dikembangkan BJ Habibie, belum ada pesawat dengan kelas yang sama di dunia ini. Jika dulu pesawat ini lolos dan terbang untuk sipil, pesawat ATR jenis 72 dan 42 tidak akan ada sampai terjual 1.500 unit.

"Bahkan mungkin tidak akan ada (ATR), karena kelas N250 dulu dengan ATR 72 dan 42 saat ini masih jauh di atasnya," ucap Irzal.

"Asal anda tahu N250 itu mesinnya spesial, dibuat khusus, kalau mobil itu N250 itu Mercy. ATR itu mesinnya Avanza, serius. Karena N250 jauh lebih irit dan cepat karena spesial, kursinya sudah 50 dan harga hampir sama. Coba sekarang bandingkan harganya hampir sama, irit, jauh lebih cepat, jumlah kursi sama, pilih mana? Tentunya N250-lah," sambung Vice President Corporate Communication PT DI, Sonny Ibrahim.

Namun kemunculan N250 ini membuat banyak negara khawatir. Apa yang terjadi?

"Dari 150 BUMN yang ada, hanya 1 BUMN yakni PT DI dulu IPTN yang dikenakan keputusan IMF untuk dihentikan proyek N250. Aneh kan? Ya itulah yang terjadi," tandas Sonny.

Sekarang, pesawat bermesin propeler ini mangkrak. Dua tipe N250 versi Gatot Kaca berpenumpang 50 orang dan N250 versi Krincing Wesi berpenumpang 70 orang ini hanya menjadi besi tua di Apron atau parkir pesawat milik PT DI di dekat landasan Bandara Husein Sastranegara Bandung.

Kalau mau menghidupkan si 'Gatot Kaca' ini bisa saja, namun butuh upaya besar. "Tapi butuh upaya yang besar karena seluruh sistemnya harus di upgrade dengan sistem dan teknologi yang baru," tandasnya.

Namun mimpi BJ Habibie belum kandas, sang anak yaitu Ilham Habibie bertekad untuk mewujudkan mimpi sang ayah dan bangsa Indonesia, memproduksi pesawat sipil the next N250, si Gatotkaca terbang melintasi nusantara dan dunia.

Seperti diketahui N250 adalah pesawat untuk penerbangan sipil yang dibangun oleh IPTN (Industri Pesawat Terbang Nusantara) sekarang namanya PT Dirgantara Indonesia.

Namun karena ada negara besar yang menilai N250 bisa berdampak besar dan menguasai industri penerbangan di dunia, oleh IMF diminta proyek ini dihentikan.

Jumat, 29 Maret 2013

Korea Juga Bikin Pesawat Tempur 200 Unit Persis Rancangan RI


Langkawi - Proyek pembangunan pesawat tempur IFX (Indonesia Fighter X) yang akan dibangun Indonesia juga menggandeng Korea Selatan. Negeri K-Pop tersebut akan membangun 200 unit yang diberi nama KFX (Korea Fighter X).

"Kita bangun pesawat tempur IFX bekerjasama dengan Korea Selatan, kita nanti namanya IFX Korea namanya KFX," ujar Vice President Corporate Communication PT Dirgantara Indonesia (PT DI) Sonni Ibrahim ketika ditemui di Airshow The 12th Langkawi International Maritime and Exhibition, Malaysia, Kamis (28/3/2013).

Dikatakan Sonni, kerjasama dua negara untuk membangun pesawat IFX/KFX ini dengan pembagian pendanaan 20% Indonesia, dan 80% dari Korea Selatan.

"Jadi 20% dari PT DI sendiri mencapai US$ 8 miliar, nanti ada dari TNI dan pemerintah, 80% sisanya dari Korea," ucapnya.

Walaupun 80% memberikan pendanaan, namun untuk spesifikasi, mesin, peralatan semuanya sama. "Korea bangun pesawat tempur yang sama dengan kita, spesifikasinya juga sama, yang berbeda hanya beberapa seperti sistem radio," ujar Sonni.

Kenapa Indonesia gandeng Korea atau sebaliknya dalam pembangunan pesawat tempur. "Dari kita melihat Korea jauh lebih maju dalam sistem elektroniknya, kita masih jauh sekali dibandingkan mereka dari segi teknologi, tapi dari segi buat pesawat kita jauh lebih unggul dari pada Korea," ungkapnya lagi.

Dikarenakan sebagian besar pendanaan berasal dari Korea Selatan. "Korea Selatan produksi KFX sejumlah 200 unit sedangkan Indonesia hanya 24 unit," tandasnya.

Pesawat Tempur Rancangan PT DI


Diam-diam, RI Rancang Pesawat Tempur Sejak 2010

Langkawi • Indonesia terus berusaha meningkatkan persenjataan militernya, termasuk juga membangung pesawat tempur sendiri. Saat ini Indonesia masih mengandalkan pembelian pesawat tempur dari Rusia yakni Sukhoi 30.

Vice President Corporate Communication PT Dirgantara Indonesia (PT DI) Sonni Ibrahim mengatakan, sejak 2010 lalu Indonesia sudah mulai merancang pesawat tempur sendiri.

"Indonesia saat ini sudah memulai proses perancangan pesawat tempur. Proyek ini sudah dimulai sejak 2010 lalu," kata Sonni ketika ditemui detikFinance diacara Airshow The 12th Langkawi Internasional Maritime and Exhibition, Malaysia, Kamis (28/3/2013).

Proyek ini merupakan proyek negara dan PT DI sebagai BUMN produsen pesawat ikut berpartisipasi di dalamnya.

"Saat ini prosesnya sudah menyelesaikan tahap I yakni tahap teknologi dan development. Tahap ini dimulai sejak 2010 lalu dan Desember 2012 sudah selesai. Saat ini kita masuk dalam tahap ke II yakni Tahap Go no Go," ungkap Sonni.

Seperti diketahui, Indonesia terus meningkatkan peralatan militernya, sejak 2012-2014 setidaknya akan ada 60 pesawat tempur berbagai jenis dimiliki Indonesia. Indonesia juga saat ini mempunyai beberapa pesawat tempur mulai dari F5, F16, Sukhoi, Su30, dan lainnya.(rrd/dnl)

RI Butuh 11 Tahun Untuk Rancang Pesawat Tempur Sendiri

Indonesia diam-diam tengah merangcang pesawat tempur sendiri dengan melibatkan BUMN produsen pesawat PT Dirgantara Indonesia (PT DI) sejak 2010. Butuh waktu 11 tahun untuk menyempurnakan rancangan pesawat tempur ini.

Adapun pesawat tempur yang sedang dirancang Indonesia bernama Indonesia Fighter X (IFX). "Namanya IFX yakni Indonesia Fighter X. Jadi X itu nanti nama seri tersendiri," kata Vice President Corporate Communication PT Dirgantara Indonesia (PTDI) Sonni Ibrahim kepada detikFinance ketika ditemui di acara Airshow The 12th Langkawi International Maritime & Exhibition, Malaysia, Kamis (28/3/2013).

"Proyek ini dimulai sejak 2010, sekarang sedang memasuki tahap ke II yakni tahap Go no Go," ucapnya.

Setidaknya untuk menyelesaikan proyek IFX ini harus melalui 4 tahapan.

"Tahapan I Telkologi and Development, tahap ini sudah selesai pada Desember 2012, lalu Tahap II Go no Go saat ini kita ditahap ini, Tahap III yakni tahap Enginering Development, Protipe dan Sertifikasi dan tahap terakhir tahap IV produksi, semuanya ini memakan waktu 11 tahun, dan Indonesia akan punya pesawat tempur buatan sendiri," ungkapnya lagi.

Saat ini peran PT DI bersama TNI dan pemerintah adalah ikut mendesain IFX. "Kami (PT DI) sudah mulai kerja dengan memasuki tahap kerja detil," tandasnya.(rrd/dnl)

Malaysia Minat 4 Pesawat PT DI


Langkawi • Ikut berpertisipasinya PT Dirgantara Indonesia di Airshow The 12th Langkawi International Maritime & Exhibition ternyata membuat Malaysia berkeinginan membeli 4 pesawat buatan made in Bandung tersebut.

Vice President Sales and Marketing PT DI, Arie Wibowo mengungkapkan Malaysia akan membeli 4 pesawat buatan PT DI.

"Malaysia sudah menyatakan ingin membeli 4 pesawat PT DI," kata Arie ketika ditemui di Bandara Lengkawi, Malaysia, Kamis (28/3/2013).

Dikatakan Arie, 4 pesawat tersebut yakni 2 CN295 MPA dan 2 pesawat CN235 ASW.

"CN295 itu untuk kendaraan angkut militer, kargo sedangkan CN235 ASW merupakan pesawat anti kapal selam. CN 235ASW baru Turki yang punya," ungkapnya.

Malaysia kata Arie juga mengingkan PT DI melakukan upgrade Pesawat CN 295 yang sudah dibelinya beberapa tahun lalu untuk dijadikan pesawat militer.

"Mereka juga ingin mengupgrade pesawat CN 295 yang sudah mereka beli dari PT DI beberapa tahun lalu untuk dijadikan CN295 MPA atau untuk militer, hal ini dilakukan karena Malaysia sedang mengatasi ketegangan di Sabah," tandasnya.(rrd/dru)

4 Pesaing Berat Pesawat Buatan Indonesia


Langkawi • Total produksi pesawat PT Dirgantara Indonesia (PT DI) sejak tahun 1976 hingga 2012 mencapai 347 unit, bukanlah angka yang sedikit, namun di luar sana, persaingan sangatlah ketat. Setidaknya ada 4 jenis pesawat yang menjadi pesaing berat PT Dirgantara, apa saja?

Dikatakan Vice President Corporate Communication PT DI Sonni Ibrahim ketika ditemui di The 12th Langkawi International Maritime & Aerospace Exhibition, Kamis (28/3/2013), ada 4 pesaing berat PT DI saat ini.

Alenia C27J


Pesawat C27 J Spartan ini merupakan pesawat buatan Italia. Jenis ini sama dengan kelas pesawat buatan PT DI seperti CN235 karena digunakan sebagai pesawat angkut versi militer.

"Kita bersaing ketat dengan Alenia untuk menang tender pengadaan pesawat TNI AU," ujarnya.

ATR 72 dan ATR 42


Pesawat yang dibuat dengan kerjasama dua negara yakni Prancis dan Italia ini bermesin jarak pendek dengan dua buah mesin baling-baling. Kapasitas penumpang ATR 72 ini mencapai 78 penumpang.

ATR 42 merupakan ATR generasi sebelum ATR 72, namun di ATR 42 jumlah kursi hanya 48 penumpang.

Skytruck


Pesawat buatan Polandia ini merupakan pesawat dengan daya angkut ringan. Mengandalkan dua mesin baling-baling, Skytruck merupakan saingan C212-400.

Dornier


Pesawai Dornier sempat sangat populer di Eropa. Pertama kali pesawat ini terbang pada 1991 dan memilik dua buah mesin yang menggunakan baling-baling. Pesawat ini saingan berat CN235-220.

Siapa Bilang Indonesia Tidak Bisa Buat Pesawat Sekelas Airbus dan Boeing

Tidak sedikit yang masih meragukan PT Dirgantara Indonesia (PT DI) dalam membuat pesawat sekelas Airbus dan Boeing. Padahal sebenarnya PT DI yang memiliki banyak ahli-ahli pesawat terbang sangat bisa membuat pesawat seperti Airbus dan Boeing. Pertanyaannya boleh apa tidak?

"Siapa bilang kita tidak bisa buat pesawat seperti Airbus atau Boeing? Jawabannya sangat bisa. Tapi mau atau boleh kita buat? Siapa yang mau beli?," kata Vice President Corporate Communication PT DI, Sonni Ibrahim kepada detikFinance, di The 12th Langkawi International Maritime & Exhibition, Malaysia, Kamis (28/3/2013).

Pertama, dulu Indonesia punya N250 banyak yang menentang keberadaanya. "Itu pesawat sangat bagus, irit, cepat, muat banyak orang. Tapi apa yang terjadi, tanpa alasan yang logis IMF meminta pemerintah Indonesia untuk menghentikan proyek tersebut sebagai salah satu syarat untuk membantu Indonesia keluar dari krisis ekonomi," ucapnya.

Selain itu, pasar laris manis produk PT DI bukan disana. "Pasar kita sudah jelas, di kelas Medium-Heavy multi roles transport, medium multii roles transport, light, Far/CASR light. Belum sampai ke sipil," ujarnya.

Pasar pesawat PT DI di Asia Pasifik sangat luas. "Dan jika PT DI masuk ke pasar Airbus dan Boeing, apakah mereka diam saja? Tentu tidak," katanya.

Namun walau PT DI tidak membuat pesawat besar sekelas Airbus A380, A320 atau Boeing B747-200/400.

"Tetapi PT kami membuat komponen di pesawat-pesawat Airbus A380/A320/A321/A350. Ada pula kita buat komponen tooling dan airframe Boeing B 747/B-777/B-787, Euurocopter MK-II, Airbus Military di CN235/C295 dan C212-400," ungkap Sonni.

"Tidak hanya itu, kita juga melakukan providing maintenance, overhaul, repair, alteration di helikopter BELL 412, Boeing 737-200/300/400/500/A320.F100, F27 dan banyak lagi, so, bukan kita tidak bisa," tandasnya.(rrd/ang)

Siapa Bilang Indonesia Tidak Bisa Buat Pesawat Sekelas Airbus dan Boeing


Langkawi - Tidak sedikit yang masih meragukan PT Dirgantara Indonesia (PT DI) dalam membuat pesawat sekelas Airbus dan Boeing. Padahal sebenarnya PT DI yang memiliki banyak ahli-ahli pesawat terbang sangat bisa membuat pesawat seperti Airbus dan Boeing. Pertanyaannya boleh apa tidak?

"Siapa bilang kita tidak bisa buat pesawat seperti Airbus atau Boeing? Jawabannya sangat bisa. Tapi mau atau boleh kita buat? Siapa yang mau beli?," kata Vice President Corporate Communication PT DI, Sonni Ibrahim kepada detikFinance, di The 12th Langkawi International Maritime & Exhibition, Malaysia, Kamis (28/3/2013).

Pertama, dulu Indonesia punya N250 banyak yang menentang keberadaanya. "Itu pesawat sangat bagus, irit, cepat, muat banyak orang. Tapi apa yang terjadi, tanpa alasan yang logis IMF meminta pemerintah Indonesia untuk menghentikan proyek tersebut sebagai salah satu syarat untuk membantu Indonesia keluar dari krisis ekonomi," ucapnya.

Selain itu, pasar laris manis produk PT DI bukan disana. "Pasar kita sudah jelas, di kelas Medium-Heavy multi roles transport, medium multii roles transport, light, Far/CASR light. Belum sampai ke sipil," ujarnya.

Pasar pesawat PT DI di Asia Pasifik sangat luas. "Dan jika PT DI masuk ke pasar Airbus dan Boeing, apakah mereka diam saja? Tentu tidak," katanya.

Namun walau PT DI tidak membuat pesawat besar sekelas Airbus A380, A320 atau Boeing B747-200/400.

"Tetapi PT kami membuat komponen di pesawat-pesawat Airbus A380/A320/A321/A350. Ada pula kita buat komponen tooling dan airframe Boeing B 747/B-777/B-787, Euurocopter MK-II, Airbus Military di CN235/C295 dan C212-400," ungkap Sonni.

"Tidak hanya itu, kita juga melakukan providing maintenance, overhaul, repair, alteration di helikopter BELL 412, Boeing 737-200/300/400/500/A320.F100, F27 dan banyak lagi, so, bukan kita tidak bisa," tandasnya.

Rabu, 27 Maret 2013

6 Senjata Buatan Indonesia Yang Dibeli Militer Asing


Tentara Nasional Indonesia (TNI) tengah giat-giatnya memodernisasi persenjataan yang dimilikinya atau biasa disebut alat utama sistem senjata (Alutsista). Diharapkan, beberapa tahun ke depan Alutsista TNI akan semakin lengkap dan moderen.

Namun, kebanyakan Alutsista TNI masih berasal dari luar negeri alias bukan buatan bangsa sendiri. Salah satu Alutsista yang baru saja disetujui pembeliannya adalah Tank Leopark Ri dan A24 asal Belanda. Tank canggih itu rencananya akan didatangkan ke Indonesia mulai tahun ini.

Tank Leopard Ri dibanderol dengan harga USD 1,7 juta atau sekitar Rp 16,4 miliar per unit. Kabarnya, Indonesia memesan 61 tank Leopard Ri dan 42 Leopard 2A4 seharga USD 700 ribu atau Rp 6,7 miliar per unit.

Militer yang kuat memang menjadi sebuah syarat mutlak sebuah negara. Sebab, selain berfungsi untuk menjaga wilayah perbatasan dan menangkal serangan dari luar, militer yang kuat juga dapat menjadi nilai lebih sebuah negara di mata negara lain.

Namun, hal itu akan semakin lengkap jika Alutsista yang digunakan berasal dari hasil buatan sendiri, bukan hasil impor. Meski belum bisa memproduksi seluruh Alutsista yang diperlukan TNI, Indonesia nyatanya telah mampu menciptakan sejumlah senjata tempur.

Bahkan, Alutsista yang diciptakan putra-putri terbaik Tanah Air itu telah diminati oleh sejumlah negara di dunia. Berikut enam Alutsista produksi dalam negeri yang diekspor keluar negeri.

1. 260 Kepala roket 'Smoke Warhead' diekspor ke Cile
Salah besar jika Anda memandang sebelah mata senjata produksi dalam negeri. Sebab, senjata yang dihasilkan putra putri terbaik bangsa nyatanya dilirik oleh negara asing.

Rencananya, akhir Maret ini 260 unit kepala roket jenis smoke warhead segera diekspor ke Cile. Alutsista itu merupakan buatan PT Sari Bahari dari Malang, Jawa Timur.

Kualitas Smoke Warhead diakui mengalahkan produk serupa buatan pabrikan sejumlah negara maju, di antaranya; Amerika Serikat dan Rusia. Smoke Warhead adalah kepala roket dengan diameter 70 mm dan cocok dipasangkan dengan roket pasangan pesawat seperti Super Tucano.

Smoke Warhead akan memberikan informasi kepada pilot soal posisi jatuh roket dengan cara mengeluarkan asap selama dua menit saat roket jatuh ke tanah. Smoke Warhead telah diproduksi sejak tahun 2000. Hingga kini, sudah lebih dari 3.000 Smoke Warhead yang dipesan TNI.

2. Pesawat CN 235-MPA diekspor ke Korsel
Pesawat CN 235 jenis Maritime Patrol Aircraft (MPA) produksi PT Dirgantara Indonesia menjadi salah satu Alutsista yang diminati negara lain.

Pada 2011-2012 lalu, PT DI memenuhi permintaan Korea Selatan yang memesan empat pesawat itu melalui kontrak yang ditandatangani pada 2008 dengan nilai total USD 94,5 juta. Pesawat yang merupakan modifikasi dari CN-235 itu, cocok untuk melakukan patroli perairan di samping bisa difungsikan untuk angkutan personel.

Di tahun yang sama, PT DI juga mengekspor pesawat CN 235 jenis pesawat angkut militer VIP, ke Senegal, Afrika.

CN-235 MPA Versi Patroli Maritim, dilengkapi dengan sistem navigasi, komunikasi dan misi (mulai mendekati fase operasional dan hadir dalam Singapore Airshow 2008). Pada Desember 2009 diumumkan bahwa TNI AL membeli 3 unit CN-235 MPA sebagai bagian dari rencana memiliki 6 buah pesawat MPA sampai tahun 2014.

CN-235 MPA menggunakan sistem Thales AMASCOS, radar pencari Thales/EADS Ocean Master Mk II, penjejak panas (thermal imaging) dari Thales, Elettronica ALR 733 radar warning receiver, dan CAE's AN/ASQ-508 magnetic anomaly detection system. Pesawat ini juga akan mengakomodasi Rudal Exocet MBDA AM-39 atau torpedo ringan Raytheon Mk 46.

3. Fast Patrol Boat diekspor ke Timor Leste
Putra putri terbaik bangsa di PT PAL telah berhasil membuat kapal perang jenis patroli cepat (Fast Patrol Boat). Rupanya, Alutsista buatan dalam negeri itu telah membuat negara tetangga, Timor Leste, kepincut.

Pada 2011 lalu, Pemerintah Timor Leste memutuskan memesan dua kapal patroli cepat senilai USD 40 juta. Kapal tersebut akan digunakan untuk melindungi wilayah teritorial Timor Leste.

Konstruksi lambung dan anjungan kapal yang dibuat dari bahan alumunium mampu menahan gelombang tinggi dan lebih lincah saat bermanuver. Kapal patroli cepat ini mempunyai kecepatan maksimum 30 Knot, walaupun saat official trial bisa mencapai 33 Knot.

Kapal ini memiliki dua baling-baling dan dilengkapi Radar NavNet yang mampu mengintegrasikan data-data peralatan sistim navigasi dan komunikasi seperti echo sounder, speed log dan GPS ke dalam peta elektronik dan sistem radar.

4. Peluru buatan PT Pindad diminati Singapura hingga AS
PT Perindustrian Angkatan Darat (Pindad) selama ini memasok kebutuhan peluru TNI-Polri. Peluru buatan Pindad antara lain berkaliber 5,56 mm, 7,62 mm dan 9 mm.

Namun, selain untuk TNI-Polri, peluru yang dihasilkan PT Pindad juga diekspor keluar negeri. Peluru-peluru tersebut dikirim ke Singapura, Filipina, Bangladesh, hingga ke Amerika Serikat (AS).

Untuk Singapura, sudah beberapa tahun belakangan negara singa putih itu telah memesan 10 juta peluru. Sementara, pada 2009 lalu, satu juta peluru telah diekspor ke AS dengan nilai transaksinya mencapai USD 200.000.

Peluru buatan Pindad tersebut tentu bukan sembarangan. Sebab, produk dalam negeri itu telah melalui uji kelayakan badan internasional, seperti semua produk Divisi Amunisi yang telah lulus pengujian standar NATO. Demikian juga telah mendapatkan sertifikat ISO 9001 dari SGS Yearsly-International Certification Services Ltd, Inggris pada tahun 1994.

5. Panser Anoa diekspor ke Oman dan Malaysia
Panser Anoa buatan PT Pindad menjadi salah satu Alutsista yang paling laris dijual. Pada tahun 2008, TNI memesan 154 buah Panser Anoa berbagai tipe. Untuk tahun 2011 TNI memesan 11 Panser Anoa tipe APC dan tahun 2012 TNI memesan 61 unit.

Tak hanya dalam negeri, Panser Anoa juga diminati negara asing. Untuk Panser jenis Anoa 6?6 juga dipesan oleh Kerajaan Oman. Malaysia juga memesan hingga 32 unit panser Anoa. Panser bermesin Renault ini memang sudah teruji di negara-negara gurun seperti Libanon saat digunakan oleh pasukan perdamaian PBB.

Kualitasnya sesuai dengan standar NATO pada level III atau level yang tingkat ketahanannya terhadap serangan sudah lebih baik dari level II yang diproduksi di China dan India.
Belum lama ini, Pindad mengeluarkan Panser Anoa jenis baru. Anoa spesies baru ini mengusung Kanon kaliber 20 mm dan berjenis berjenis IFV (Infantry Fighting Vehicle). Panser ini didesain untuk mengantisipasi kebutuhan Batalyon Infantri Mekanis.

Dengan demikian, Panser Kanon 90 mm nantinya dikonsentrasikan untuk Batalyon Kavaleri, sementara Panser Kanon 20 mm untuk batalyon. Selain mengusung senjata utama kaliber 20 mm, Panser jenis ini juga mampu menyandang senapan mesin sedang kaliber 7,62 mm dan mampu menampung lima orang, yang terdiri dari tiga kru Ranpur dan dua personel pasukan.

6. Senapan Pindad diminati Singapura hingga Afrika
Selain Panser Anoa, sejumlah senjata buatan Pindad juga banyak dipesan oleh negara luar. PT Pindad mampu memproduksi berbagai jenis senjata antara lain; jenis senapan serbu (SSI-VI, SS2-V2, SS1-V3, SS1-V5), Senapan sniper (SPR-1) pistol (P-1, P-2), revolver (R1-V1, R1-V2, RG-1 (tiper A), RG-1 (tipe c), senapan sabhara/polisi (Sabhara V1 and Sabhara V2), senjata penjaga hutan, pistol profesional magnum, peluncur granat, dan pelindung tubuh (personal body protection).

Produk-produk yang dihasilkan itu banyak dipesan oleh negara-negara di luar negeri. Di antaranya adalah sebuah jaringan supermarket khusus olahraga berburu, camping, dan memancing bernama Cabelas’s, yang merupakan pembeli terbesar produk-produk buatan Pindad.

Senapan serbu SS-2 merupakan produk langganan negara-negara Afrika seperti Zimbabwe, Mozambik, dan Nigeria. Selain itu, Thailand dan Singapura juga kerap memesan senjata tersebut.

Ada Karya Indonesia di Lebih Dari 3.000 Pesawat Airbus


Langkawi - Indonesia memang belum dapat memproduksi pesawat sekelas Airbus, namun lebih dari 3.000 unit pesawat Airbus yang terbang di seluruh dunia, mengandung satu bagian penting yang dibuat PT Dirgantara Indonesia (PT DI).

"Ada satu bagian pesawat yang dibuat oleh PT DI untuk pesawat Airbus, jumlahnya lebih dari 3.000 pesawat airbus A 230-21 dan A 231 yang terbang diseluruh dunia," kata Vice President Corporate Communications PT DI, Sonni Ibrahim, kepada detikFinance ketika ditemui di The 12th Langkawi International Maritime & Exhibition 2013 (LIMA '13), Malaysia, Selasa (26/3/2013).

Kata Sonni, bagian tersebut sangat penting bagi sebuah pesawat yakni bagian pangkal sayap pesawat.

"Bukan sayap pesawat utuh, tapi pangkalnya, sayap bagian ini sangat penting untuk dapat menahan beban pesawat dan mengangkat pesawat ke udara, selain itu di dalamnya terdapat berbagai komponen yang mentransfer setiap data ke kokpit," ungkap Sonni.

Tidak hanya di pesawat A 231 dan 230 saja, tetapi di Airbus A380 berkapasitas 600-800 orang sayang bagian pangkal yang buat PT DI.

"Kita juga ada di A380, tapi bedanya dengan A 231 dan 230 ada perusahaan lainnya yang buat juga untuk suplai ke pesawat Airbus, tapi kalau yang A 380 hanya kita PT DI yang suplai ke Airbus," ucapnya.

Bukan berarti bagian pesawat lainnya hanya Airbus sendiri yang buat. "Tidak, sayap bagian tengah ada negara lain yang buat, sayap ujung, sayap tengah, moncong pesawat, mesin pesawat, bagian tengah itu beda-beda negara yang buat, Indonesia, Italy, Rusia, Spanyol, Prancis dan lainnya ikut andil dalam setiap pesawat Airbus," ungkapnya lagi.

Bahkan untuk bisa Airbus memilih suatu perusahaan untuk membuatkan salah satu bagian atau komponen dari Airbus itu tidaklah mudah.

"Butuh nama besar, kepercayaan tinggi dari suatu perusahaan yang dipilih Airbus dan PT DI membuktikannya. Pasalnya jika ada satu pesawat jatuh saja, itu semua bagian pesawat dipertaruhkan," tandas Sonni.

Banjir Pesanan, PT DI Kewalahan Penuhi Pesawat Orderan TNI


Langkawi - BUMN produsen pesawat yaitu PT Dirgantara Indonesia (PT DI) menyatakan saat ini pabrik pesawatnya yang di Bandung kebanjiran pesanan. Sampai-sampai, PT DI kewalahan memenuhi pesanan TNI.

Direktur PT Dirgantara Indonesia Budi Santoso mengungkapkan saat ini perusahaannya sedang kebanjiran order, bahkan untuk memenuhi pesanan TNI saat ini cukup kewalahan.

"Kita ini sudah diwanti-wanti agar tepat waktu memenuhi pesanan berbagai peralatan alusista terutama pesawat," kata Direktur Utama PT DI Budi Santoso kepada detikFinance ditemui di The 12th Langkawi International Maritime & Aerospace & Exhibition, Malaysia, Rabu (27/3/2013).

Kata Budi, kapasitas produksi PT DI sangat mampu mencukupi semua permintaan, bahkan dengan TNI yang kontraknya mencapai Rp 8,7 triliun.

"Tetapi yang jadi kendala kita perlu modal dulu untuk produksi, ya ini yang kami kewalahan mencari modal kerja," katanya.

Namun saat ini sudah ada dua bank nasional yakni PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BRI) dan PT Bank Negara Indonesia Tbk (BNI) yang memberikan modal dengan nilai Rp 2,5 triliun.

"Itu besar Rp 2,5 triliun, jaminan dari kita apa? Nggak ada. Hanya kepercayaan," tandas Budi.

Tinggalkan Super Puma, PT DI Buat Helikopter Berteknologi Tinggi


Langkawi - PT Dirgantara Indonesia (PT DI) tidak lagi memproduksi helikopter mewah dan canggih Super Puma NAS332C1. BUMN ini sedang memproduksi helikopter berteknologi tinggi dan lebih canggih yakni EC-725-Cougar.

"Kita tidak lagi produksi Super Puma, kita tinggalkan itu. Memang Super Puma ini saja helikopternya canggih, sekelas Mercy kalau di merek mobil," ucap Direktur Utama PT DI Budi Santoso ditemui di 12th Langkawi International Maritime & Exhibition 2013 (LIMA '13), Malaysia, Selasa (26/3/2013).

Dikatakan Budi, saat ini sudah ada helikopter bertekonolgi yang lebih baru lagi yakni Helikopter Cougar yang jauh lebih canggih.

"Kita sekarang memproduksi Cougar EC-725, tekonologi dan peralatannya jauh lebih bagus dibandingkan Super Puma. Ya seperti mobil kijang, kan dari kapsul makin tahun ada pembaruan. Nah Cougar ini generasi terbaru helikopter di kelas heavy," ungkap Budi.

Diakui Budi, helikopter Cougar ini memang tidak 100% buatan PT DI sendiri. "Justru Cougar ini lisensinya dan desainnya punya EuroCopter, sama seperti Super Puma yang punya Eurocopter, tapi dari desain menuju produksi kami yang melakukan, seperti pembuatan hampir seluruh bagian badan helikopter seperti fuselage and tail boom," terangnya.

Saat ini PT DI sedang mengerjakan 6 helikopter Cougar pesanan TNI yang rencananya akan selesai dikerjakan pada 2014.



(rrd/dnl)

Bebas Utang Rp 4 T, PTDI Genjot Produksi Pesawat Made In Bandung


Langkawi - Setelah seluruh utangnya Rp 4 triliun diputihkan negara, PT Dirgantara Indonesia (PTDI) kembali menggenjot produksi pesawat dari pabriknya di Bandung. Tahun lalu, BUMN produsen pesawat ini berhasil mendapatkan pemasukan Rp 1 triliun.

"Dulu PTDI banyak tersandung utang-utang dari sisa-sisa kepemimpinan manajemen lama. Akibat utang yang banyak, PTDI sudah mendapatkan pinjaman dari bank, akibatnya tidak ada biaya untuk produksi pesawat, bahkan gajian pun susah," ujar Direktur Utama PTDI Budi Santoso di sela The 12th Langkawi International Maritime & Aerospace Exhibition (LIMA 2013), Langkawi, Malaysia, Selasa (26/3/2013).

Dikatakan Budi, setelah utang-utangnya diputihkan, PTDI bisa kembali meminjam modal dari bank, saat ini juga mendapat modal kerja dari pemerintah Rp 1,4 triliun dari Rp 2,2 triliun yang disetujui pemerintah.

"Sekarang kita akan genjot penjualan pesawat, kita yakin kita bisa unggul di Asia Pasifik," ucapnya.

Diakui Budi, memang saat ini cukup banyak sekali pesaing di industri pesawat terbang, dan PTDI mengakui untuk bisa bersaing di pesawat sipil cukup sulit.

"Selain pesaingnya banyak, brand (merek) PTDI di pesawat sipil kurang baik, apalagi melawan Airbus, Boeing. Namun di mata militer, PTDI jempolan, dan punya nama besar," ucapnya.

Saat ini di pameran tersebut, PTDI memamerkan berbagai pesawat buatan anak bangsa ini, di antaranya CN295, CN235, C212-400, dan CN235 ASW.

"Dan banyak yang berminat, terutama Malaysia, Filipina, UEA (Uni Emirat Arab)," tandas Budi.

3 Pesawat Made in Bandung Dipamerkan di Malaysia


Laporan dari Malaysia

Jakarta - Sebanyak 3 jenis pesawat milik PT Dirgantara Indonesia (PT DI) dipamerkan pada acara The 12th Langkawi International Maritime & Aerospace Exhibition (LIMA '13) Langkawi, Malaysia. Bahkan tiga negara sudah datang langsung dan berminat kembali membeli pesawat buatan PT DI.

"Kita pamerkan di LIMA 2013 ini ada 3 unit pesawat, ada CN295 aircraft Service, ada C212 400, ada CN235-200 dan CN235 ASW," kata Vice Presiden Corporate Communication PT DI, Sonni Saleh Ibrahim, ditemui diacara LIMA '13, Langkawi, Malaysia, Selasa (26/3/2013).

Selain itu ada 1 unit CN295 yang saat ini dimiliki oleh TNI-AU juga terparkir di hangggar Bandara Internasional Langkawi. "Kita pamerkan CN295 tersebut, karena banyak peminatnya, salah satunya Malaysia yang sebelumnya sudah punya 8 unit," kata Sonni.

Disela-sela pameran, beberapa negara yang berkunjung ke booth PT DI mengungkapkan ketertarikannya kembali untuk membeli pesawat buatan Indonesia tersebut. Selain Malaysia, ada pula Uni Emirat Arab dan Filipina.

"UEA sebelumnya juga sudah beli 6 pesawat dari kami, dari pembicaraan, mereka tertarik membeli lagi, Malaysia juga, selain beli pesawat baru, dia ingin memperbaruhi teknologi CN235 yang sudah beberapa tahun lalu dibeli," tandasnya.




(rrd/hen)

BUMN Ini Mampu Runtuhkan Dominasi China


Liputan6.com, Jakarta : Di tengah dominasi China di berbagai sektor pembangunan di tanah air, salah satu perusahaan milik negara, PT Industri Kereta Api Indonesia (Persero) atau Inka mampu meruntuhkan kekuasaan perusahaan Negeri Tirai Bambu itu di bidang perkeretaapian.

Inka belum lama ini diketahui telah memenangkan tender pengadaan kereta api di Banglades.

"Ada beberapa tender yang nyatanya kita bisa kalahkan China, buktinya di Bangladesh. Proyek KRL Bandara Sukarno Hatta juga. Jadi kami masih tetap optimis," ujar Direktur Utama PT Inka, R Agus H Purnomo di Madiun, Jawa Timur, Jumat (22/3/2013).

Menurut Agus, perusahaan saat ini sedang mengembangkan tingkat kapasitas produksi dan teknologi demi bersaing dengan para kompetitor.

INKA diketahui tengah membangun gedung workshop untuk pengembangan Locomotif. "Itu nanti akan meningkatkan kapasitas produksi kita menjadi tiga lokomotif per bulannya," jelasnya.

Agus mengakui, INKA memang kerap kali menghadapi kendala besarnya pajak yang dikenakan untuk setiap industri. Perusahaan juga terkendala dengan pajak impor maupun ekspor yang membuatnya tak mampu bersaing dengan perusahaan sejenis dari China.

"jadi terkadang kita masih kalah dengan China hanya karena itu yang mengakibatkan harga penawaran kita sedikit lebih tinggi,"tuturnya.

Sementara itu, Direktur Produksi dan Teknologi PT INKA Yunendar Aryo Handoko, mengatakan, perusahaan saat ini tengah membidik target produksi 80-100 kereta per tahunnya. Target itu dianggap realistis mengingat dukungan sumber daya manusia (SDM) yang cukup besar.

Saat ini INKA melaporkan baru menyerap 50% dari kebutuhan transportasi pemerintah, terutama kereta api.

"Dengan kapasitas SDM yang kita miliki, kita sebenarnya bisa berporduksi 80 hingga 100 kereta per tahunnya, hanya saja sampai saat ini belum pernah ada pemesanan dari manapun dengan jumlah kontrak sebanyak itu," ungkapnya.

Selama ini produksi terbesar yang pernah dikerjakan INKA adalah sejumlah 70 kereta penumpang ekonomi yang di pesan pemerintah tahun lalu.

"Rekor paling banyak pengerjaan kita ya tahun lalu, waktu mengerjakan pesanan dari dinas perhubungan sebanyak 70 kereta penumpang," jelasnya. (Yas)

Sabtu, 23 Maret 2013

Indonesia Belum Bisa Buat Kereta Super Cepat Hingga 300 Km/Jam


Madiun - China telah memiliki dan bisa membuat kereta super cepat dengan kecepatan 300 Km per jam. Bagaimana dengan Indonesia?

Produsen kereta BUMN di Madiun Jawa Timur, PT Industri Kereta Api (INKA) menilai, pasar dan bisnis kereta di Indonesia belum mengarah pada kebutuhan kereta super cepat. Secara kapasitas dan teknologi yang dimiliki saat ini, INKA hanya mampu memproduksi kereta dengan kapasitas kecepatan maksimal 120 Km per jam.

"Kemampuan INKA untuk membuat kereta berkecepatan 120 Km per jam, kita siap. Namun di atas waktu tersebut kita tidak bisa," tutur Direktur Produksi dan Teknologi INKA Yunendar Aryo Andoko di kantor pusat INKA, Jl Yos Sudarso Madiun, Jawa Timur, Jumat (22/3/2013).

Yunendar mengaku, untuk membuat kereta super cepat, banyak aspek harus disiapkan dan pertimbangan lainnya. Untuk kemampuan produksi, INKA harus meningkatkan kapasitas dan kemampuan mesin produksi. Begitu pula untuk sumber daya manusianya.

"Kita harus melihat kemampuan relnya. Dan tergantung infrastruktur yang dibuat pemerintah," tambahnya.

Meski demikian, saat ini INKA telah dan mampu memproduksi berbagai macam kereta dan onderdilnya yakni Railbus, Kereta Rel Listrik, Kereta Rel Diesel, Kereta Barang dan Penumpang, Lokomotif, Bogie (roda penggerak kereta), Monorel serta Bus Gandeng keperluan Trans Jakarta.

Jumat, 22 Maret 2013

Konflik Sabah, Malaysia Tertarik Beli Pesawat CN 295 Buatan Indonesia.




Jakarta - Dalam acara Langkawi International Maritime and Aerospace (LIMA), Indonesia akan memamerkan sejumlah pesawat buatan PT Dirgantara Indonesia. Kabarnya, Malaysia tertarik pada CN 295 seiring dengan merebaknya konflik di Sabah.
Budiman Saleh, Direktur PT Dirgantara Indonesia, mengatakan ada beberapa pesawat yang akan dipamerkan. Di antaranya CN 295 dan produk-produk buatan PT DI lainnya.
"Target kita dari Filipina, 212, 235, dan 295. Saat ini itu target kita Malaysia, yang juga tertarik 295 karena konflik Sabah. Korea tetap tertarik pada 212. PT DI punya stand, ada pesawat TNI AU aktif demo," kata Budiman saat jumpa pers di Halim Perdanakusumah, Jakarta Timur, Jumat (22/3/2013).
Apa kelebihan CN 295? Menurut Budiman, pesawat itu generasi terbaru dari semua jenis 'medium lifter'. Pesawat jenis bisa sebagai pengganti pesawat Fokker 27.
"Sebenarnya CN 235, nah yang bentuknya lebih itu CN 295, juga lebih besar mesinnya, hasil kerja sama dengan Airbus Military, Spanyol. Optimistis bakal banyak order," jelasnya.
Menhan Purnomo Yusgiantoro menambahkan, CN 2935 sudah dikirim ke Langkawi. Selain pesawat di atas, ada juga Thailand yang tertarik dengan light transporter buatan PT DI.
"Semoga nanti di sana kita bisa menarik perhatian," ucap Purnomo.
Acara LIMA digelar mulai tanggal 26-30 Maret 2013 di Langkawi, Malaysia. Peserta LIMA terdiri dari negara-negara di Asia Pasifik.

Kamis, 21 Maret 2013

PT INKA Gandeng Bombardier Swedia Bangun KRL Canggih Bandara Soetta


Foto: Kereta Bombardier
Jakarta - PT Industri Kereta Api (INKA) Persero, saat ini sedang mengikuti proses tender pengembangan KRL Commuter khusus rute Bandara Soekarno Hatta-Sudirman Baru. Untuk rencana pengembangan KRL khusus tersebut, BUMN kereta yang bermarkas di Madiun Jawa Timur ini, menggadeng produsen kereta kelas dunia adal Kanada, Bombardier.

"Bandara Soekarno-Hatta, kita ikut tender. Itu akan dibuat sekelas eksekutif. Keunggulan yang ditawarkan disyaratkan disitu harus dijamin perusahaan kelas dunia. INKA sudah kerjasama dengan Bombardier di Swedia," tutur Direktur Utama INKA Agus H Purnomo kepada detikFinance, Jumat (22/2/2013).

Nantinya, INKA akan menawarkan 10 rangkaian kereta penumpang dari atau menuju Bandara Soetta ini. Adapun nilai proyek kereta ini disiapkan sekitar Rp 800 miliar.

"10 rangkaian yang ditawarkan dengan harga sekitar Rp 800 miliar," tambahnya.

Bombardier merupakan perusahaan pembuat pesawat terbang yang bermarkas di Kanada. Namun, Bombardier mengembangkan transportasi terutama kereta api yang bermarkas di Swedia sejak tahun 1981. Garuda Indonesia sendiri baru saja membeli pesawat Bombardier CRJ 1000 Next Gen.

Irak Berminat Pesan 500 Panser Buatan Pindad


Baghdad - Irak berminat untuk memesan panser Anoa buatan PT Pindad (Persero). Tidak tanggung-tanggung, jumlah yang akan dipesan mencapai 500 unit panser.

Kesepakatan memang belum terjadi, kedua belah pihak masih terus melakukan kajian terkait hal ini. Minatnya Irak membeli panser ini muncul setelah kunjungan Wakil Menteri Pertahanan Sjafrie Sjamsoeddin ke Baghdad beberapa waktu lalu.

"Sampai saat ini belum ada kesepakatan, masih negosiasi. Mereka memang berminat, tapi belum ada kelanjutannya," kata Duta Besar Indonesia untuk Irak Safzen Noerdin ketika ditemui detikFinance di Hotel Al-Mansour, Baghdad, Rabu (13/3/2013) malam waktu setempat.

Sjafrie berangkat ke negeri 1001 malam itu sekitar pertengahan tahun lalu dan diterima oleh Perdana Menteri Irak, Nuri Al-Maliki serta beberapa pejabat bidang pertahanan dan perekonomian Irak.

Kabarnya, tak hanya panser, tapi Irak juga tertarik membeli beberapa produk Pindad lainnya, seperti senjata dan peralatan militer lainnya

Rabu, 20 Maret 2013

Kirim 6 Helikopter Bell Lebih Cepat, PT DI Dipuji TNI AD


Bandung - TNI AD berkomitmen untuk menggunakan produk alat utama sistem persenjataan (alutsista) buatan dalam negeri. Helikopter Bell-412EP yang dibuat oleh PT Dirgantara Indonesia (PT DI) yang disebut tak kalah dibandingkan produk luar.

Apalagi, pesanan helikopter pada PT DI bisa selesai lebih cepat dari kesepakatan semula. Atas capaian ini, PT DI mendapat apresiasi dari TNI AD yang merupakan pengguna produk buatan PT DI.

Hal itu diungkapkan Kepala Baranahan Kemhan Laksamana Muda TNI Rachmad Lubis saat memberikan sambutan dalam acara Serah Terima 6 Helikopter Bell-412 EP pada Kementrian Pertahanan di Hanggar Rotary Wing, KP II PT DI, Jalan Pajajaran, Jumat (15/3/2013).

"PT DI mampu mengerjakan pesanan lebih cepat dari rencana atau jadwal yang telah disepakati. Ini membuktikan prestasi. Ini tentu akan menjadi dorongan semangat bagi Kemenhan (kementerian pertahanan), TNI dan stakeholder lain yang berkepentingan dalam kemajuan industri pertahanan dalam negeri," ujar Rachmad.

Ia mengatakan, Kemenhan mendukung kemandirian alutsista dengan mengoptimalkan potensi industri pertahanan dan meminimalisir alutsista impor dari luar negeri. "Kami mendukung PT DI untuk terus melakukan profesionalisme agar bisa menjadi indutri kebanggaan yang mampu bersaing," katanya.

Senada dengan Rachmad, Wakil Kepala Staf Angkatan Darat (Wakasad) Letjen TNI Moeldoko menyatakan apresiasi pada PT DI yang mampu memenuhi kebutuhan alutsista TNI AD. "Alutsista adalah hal yang pokok dan mendasar untuk menjaga keutuhan NKRI. Maka kami membutuhkan alutsista yang moderen dan canggih," ujar Moeldoko.

Pemenuhan kebutuhan alutsista sesuai alokasi anggaran diantaranya dilakukan dengan pengadaan helikopter pada PTDI. Hal itu menurutnya sejalan dengan kebijakan pemerintah dan komitmen TNI AD untuk menggunakan produk industri pertahanan dalam negeri.

"Syarat untuk alutsista yang harus dipenuhi yaitu harga bersaing, kualitas memenuhi standar dan ketepatan waktu. Saya kira, PTDI telah memenuhi syarat tersebut. Bahkan PTDI menyelesaikan pesanan lebih cepat dari waktu yang direncanakan. Ibaratnya, ini seperti operasi caesar," katanya.

Selain Senjata & Panser, Pindad Produksi Generator Listrik


Foto: Dok. detikFinance
Manado - BUMN produsen alat utama sistem persenjataan (alutsista) asal Bandung, Jawa Barat, PT Pindad (persero) ternyata bisa membuat generator listrik berkapasitas cukup besar. Pindad telah bisa memasok generator berkapasitas maksimal 15 Mega Watt untuk keperluan pembangkit listrik milik PT PLN (Persero).

Dengan kemampuan di bidang permesinan, Pindad bisa menjual generator dengan harga 20% lebih murah daripada produk sejenis yang biasanya harus diimpor dari luar negeri.

"Yang bisa membuat sampai 15 MW, itu cuma Pindad saja. Jadi kalau kapasitas lebih dari itu, dibeli dari impor," tutur Direktur Utama Pindad Andik Avianto kepada detikFinance di Manado Sulawesi Utara pekan lalu.

Kemampuan membuat generator ini, diperoleh dari lisensi yang diperoleh Pindad saat masih dipegang oleh Menristek BJ Habibie. Saat itu, kemampuan Pindad membuat generator hanya berkapasitas 5 MW, kemudian berhasil mengembangkan dan meningkatkan hingga menjadi 15 MW.

Saat ini, Pindad telah menjalin kerjasama untuk memasok generator proyek pembangkit baru milik PLN. "Kita kembangkan sampai 15 MW, yang sudah terbukti di sini (pembangkit Geothermal di Sulawesi Utara) 9 MW, Timika 7 MW," tambahnya.

Kandungan lokal di generator buatan Pindad ini, sebagian besar merupakan komponen lokal. Namun ada komponen kawat tembaga yang harus diimpor karena tidak diproduksi di dalam negeri.

"Itu dari Prancis. Bukan kita nggak mau pakai (di dalam negeri) tapi nggak ada yang jual di dalam negeri," cetusnya.

Selasa, 19 Maret 2013

Di ASEAN Belum Ada Negara Selain Indonesia yang Mampu Buat Pesawat


Jakarta - Sampai saat ini untuk urusan membuat pesawat Indonesia masih paling terdepan dibandingkan negara-negara di ASEAN, pasalnya sampai saat ini belum ada satupun negara di ASEAN yang mampu membuat pesawat selain Indonesia.

Hal tersebut seperti diungkapkan anak sulung Presiden BJ Habibie, Ilham A. Habibie ketika ditemui detikFinance di kantornya Kawasan Mega Kuningan, Jakarta, seperti dikutip Senin (18/3/2013).

"Kita masih menjadi negara yang paling unggul untuk membuat pesawat dibandingkan negara-negara ASEAN," ucap Ilham.

Kata Ilham, bukan berarti negara lain seperti Malaysia, Singapura dan lainnya tidak mampu.

"Kalau Malaysia sampai saat ini hanya bisa membuat bagian-bagian pesawat atau sub kontraktor, sedangkan Indonesia bisa membuat pesawat utuh dan kita punya pabrik pembuatan pesawat (PT Dirgantara Indonesia)," ucap Ilham.

Salah satu contohnya kata Ilham, Indonesia mampu membuat pesawat CN235, 2212, N-250.

"Kita mampu buat CN235 itu dalam bentuk Joint venture, 2212 itu pesawat untuk lisensi dan N-250, apalagi kita punya market khususnya dalam negeri, kemampuan kita lengkap, kalau dibandingkan dengan Malaysia kita jauh lebih terdepan. Malaysia saat ini tidak mampu buat pesawat utuh karena risiko cukup besar karena pasar dalam negeri mereka tidak banyak hanya 28 juta penduduk atau 1/10 kita, wilayahnya juga tidak terlalu luas yakni hanya di Semenanjung dan sebagian di pulau dekat Kalimantan,"ungkapnya.

Ditambahkan Ilham saat ini Indonesia dalam posisi yan enak, punya pasar dan punya kemampuan.

"Dan tidak ada kata terlambat untuk memulai membuat pesawat, 15 tahun lalu kita pernah terhenti perbuatan pesawat untuk sipil, tapi kali ini kita tidak boleh gagal dan saya rasa tidak ada yang bisa menghalangi kita termasuk IMF, karena kondisinya berubah," tandas Ilham.

Seperti diketahui Ilham bersama mantan Dirut Bursa Efek Indonesia (BEI) Erry Firmansyah membentuk PT Ragio Aviasi Industri (RAI) untuk memproduksi pesawat R-80. Pesawat ini akan melanjutkan mimpi N-250 yang dulu pernah dibuat BJ Habibie namun gagal karena proyek diminta dihentikan oleh IMF.